Kamis, 30 April 2009

** menunggu **

aku masih di sini sendiri
menatap indah sang mentari
sinarnya menghangatkan tubuhku
sehangat dekapanmu dimalam itu

kumasih sendiri diteras ini
menunggu kau akan datang kembali
memberi sentuhan lembut di pipi
sebagai tanda sayang yang kau beri

tak terasa mentari mulai naik
memperlihatkan kuasanya pada bumi
membuat tubuhku yang semula hangat
menjadi panas karena sinarnya

namun kumasih mencoba bertahan
walau tubuh tak bisa menahan
ganasnya sengatan mentari
membuat kulitku terbakar

kasih....
kemanakah dirimu...
lelah diri ini menunggu...
hingga kau hadir dihadapanku...

kasih....
demi cintaku padamu....
ku akan tetap menunggu....
hingga nanti berakhirnya waktu....

Rabu, 22 April 2009

* Selamat Hari Bumi *

Hari ini rabu tanggal 22 April 2009 kita umat manusia memperingati hari bumi sedunia...untuk itu aku persembahkan untaian kata untuk memperingatinya....

Bumi....
Kau tempatku hidup
Tempatku menghirup udara pagi
Tempatku merasakan hangatnya sinar mentari
Tempatku menginjakkan kaki mencari penghidupan ini

Kau tempatku berbakti
Tempatku mengabdikan diri
Tempatku mencari jati diri
Tempatku menjadi manusia sejati

Kau tempatku memuji
Tempatku mengerjakan perintah Ilahi
Tempatku belajar jalankan kaki ini
Tempatku sujudkan mukaku ini

Kau tempatku berbagi
Tempatku mengerti arti kasih
Tempatku mengerti arti cinta
Tempatku mengerti arti sayang

Kau begitu berarti bagiku
Kau seharusnya dirawat dan di jaga
Kau seharusnya menjadi tempat yang berharga
Kau seharusnya mendapat perlakuan yang baik dari manusia

Selasa, 21 April 2009

* Hari Kartini *

Di masa sekarang, sudah banyak perempuan-perempuan yang ikut berperan dalam pemerintahan. bahkan secara khusus pemerintah memberi kuota kepada perempuan sebanyak 30% dalam hajatan besar bangsa ini yaitu dalam acara Pemilihan Legislatif yang di gelar pada tanggal 9 April yang lalu.

Selain itu juga semakin banyaknya perempuan-perempuan yang berkiprah dalam pemerintah dengan duduk dalam kabinet sebagai seorang menteri. ada beberapa nama yang mungkin tidak begitu asing di telinga kita. Menteri Kuangan yang sekarang di pangku oleh wanita handal bernama lengkap Sri Mulyani, dimana peranannya selama ini sangat membantu perekonomian bangsa.

di bidang Perdagangan ada ibu Marie Elka Pangestu yang juga sangat berkompeten dalam bidang tugasnya, memberikan banyak solusi guna meingkatkan kuota ekspor negeri ini. selain itu ada juga Ibu Siti Fadilah Supari yang merupakan Menteri Kesahatan, dimana dalam kepemimpinannya banyak membuah keputusan yang berpihak pada rakyat miskin yang membutuhkan pengobatan dengan menerbitkan kartu miskin bagi yang tidak mampu agar mendapat keringan saat berobat di rumah sakit yang telah di tunjuk oleh pemerintah.

Itulah beberapa nama perempuan Indonesia dari beberapa perempuan Indonesia yang sekarang sedang mendapat sorotan dari masyarakat banyak atas sepak terjang mereka selama ini. apa yang menyebabkan mereka bisa menempati posisi yang sejajar dengan kaum pria tidak lepas dari buah perjuangan salah satu pahlawan nasional yang ditetapkan oleh Presiden Pertama Indonesia Ir Soekarna dalam Keputusa Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 dimana dalam Kepres tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Iya benar hari ini, selasa tanggal 21 April 2009 kita sedang memperingati hari kartini. Hari lahirnya tokoh pembaharuan bagi perempuan Indonesia agar bisa mendapatkan kesempatan yang sama denga para pria terutama dalam memperoleh pendidikan, karena diyakini oleh Kartini, bahwa melalui pendidikanlah perempuan-perempuan Indonesia akan maju dan bisa bersaing dengan para perempuan di luar Indonesia.

Kartini yang lahir tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah dan meniggal pada tanggal 17 September 1904 beberapa hari setelah melahirkan putranya yang pertama dan terakhir telah membawa banyak perubahan bagi para permpuan Indonesia dengan pemikiran yang ada dalam dirinya. Pemikiran itu dia tuangkan dalam bentuk surat yang dia kirim kepada para sahabt penanya yang belakangan disatukan hingga menjadi sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht yang artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya atau yang lebih terkenal dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang"

Adapun surat-surat yang ia tulis banyak berisi tentang keluh kesah tentang kungkungan adat jawa yang dia anggap sebagai penghambat kemajuan perempuan jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Dulu waktu saya masih kecil banyak acara yang dihelat untuk memperingati Hati kartini ini. dari lomba berpakaian adat, lomba memasak, menjahit dan banyak lagi kegiatan yang melibatkan ketrampilan perempuan digelar untuk merayakan hari pembaharuan bagi kaum perempuan ini. namun sekarang saya kira hal-hal itu sudah bukan saatnya lagi, karena sejatinya perempuan juga bisa bersaing dengan pria tidak hanya harus kerkutat dengan rutinitas didapu dan juga kegitan bersolek.tapi harus dengan adanya lomba yang lebih mengutaman intelegensi seorang perempuan dalam segala bidang agar bisa lebih diakui peranannya.

seperti apa yang telah dituturkan diawal tadi bahwa sudah ada beberapa perempuan yang berperan dalam pemerintahan menunjukkan kepedulian pemerintah kepada para perempuan agar bisa berperan dalam memajukan bangsa ini, terutama untuk mengangkat derajat perempuan di mata mereka sendiri dan juga orang lain. So di hari kartini ini saya berharap para perempuan Indonesia bisa lebih membuka wawasan dan mengasah kemampuan agar bisa bersaing dengan para pria, dan semoga kartini-kartini yang punya kesempatan melenggang ke gedung DPR/MPR bisa memberikan kontribusi bagi kaumnya dan juga bagi negara ini.

akhirnya Selamat Hari Kartini, semoga harapan dan cita R.A Kartini bisa diteruskan dan diwujudkan oleh para Kartini-Kartini penerusnya.

Jumat, 10 April 2009

"obrolan malam"

Malam ini rabu tanggal delapan april dua ribu sembilan aku dapat giliran jaga malam bersama dengan empat orang temanku yang lain, masing-masing si Toro, Edi, Agus dan satu lagi temanku yang paling bersih kulitnya si Wawan. Seperti malam-malam yang sebelumnya saat kami dapat giliran jaga, kamipun melakukan kebiasaan rutin saat dapat giliran jaga malam yaitu kumpul jadi satu di poskamling sambil bermain catur dan minum secangkir kopi ditemani dengan sebungkus rokok filter dan beberapa potong pisang goreng.

Malam ini tidak seperti malam biasanya, malam ini terasa agak beda suasananya, karena sudah hampir larut malam masih aja banyak orang-orang yang menemani kami bermain catur di poskampling yang berada di pertigaan tepat di sebelah kiri rumahku. Agak ke kanan sedikit kira-kira sekitar 50 meter ada warung penjual kopi dan berbagai macam makanan yang tutup menjelang pagi.

Selain keramaiannya terfokus di poskamling tempat kami berjaga, keramaian juga terlihat di rumahnya pak Radi yang dijadikan sebagai salah satu tempat pemungutan suata di kampungku yaitu TPS III. Malam ini para pemuda dan bapak-bapak masih terlihat sibuk mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam pemungutan suara besok pagi. Mulai dari menyiapkan bilik suara yang ditata berjajar rapi sebanyak 5 buah dengan dua meja yang monopangnya. Sebagian lagi menata kursi-kursi untuk duduk para calon pemilih yang sedang menunggu giliran dipanggil untuk dapat menyumbangkan suaranya.

Aku dari tadi masih duduk dibelakang temenku Edi yang sedang asyik bermain catur dengan Toro, dimana kedudukan sementara 5 berbanding 3 untuk kemenangan Edi. Dalam kebisuan mereka karena mimikirkan langkap yang tepat untuk mengalahkan lawan aku coba berceletuk.
“gimana nih kira-kira jalannya pemilu besok pagi?”tanyaku sambil mencomot sebuah pisang goreng yang dari tadi baru berkurang tiga biji.
“gimana apanya maksud kamu Lék” sahut si Edi sambil masih memandangi bidak caturnya. Iya “Lék” itu panggilan mereka kepadaku, dimana panggilan itu pertama kalinya ucapkan oleh guru SDku, waktu aku masih kelas satu.
“ya… kira-kira partai mana yang memenangi pemilu besok pagi”
“ga tau aku lék’, lah wong aku tidak serperti Boz Edi je….” Jawab si Toro sambil mendongakkan kepalanya ke arahku karena aku duduk diatas kayu pembatas di belakangnya si Edi. Boz Edi ketua perkumpulan paranormal seluruh Indonesia yang kebetulan sekota denganku.
“yah ini kan cuma prediksi aja, cuma kira-kira kita saja. Ga usah seperti para orang-orang di luar sana yang memakai survei segala”.
“kalau cuma prediksi aja nggak ramai lék, gimana kalau kita taruhan aja biar tambah ramai?” jawab si Agus yang sedari tadi ngobrol sama Wawan sampai-sampai ga terasa kalau rokok ditangannya tinggal abu semua karena keasyikannya bercerita.
“wah bagus itu Gus, jadi kita bisa tambah penasaran siapa yang menang seperti pas pemilihan kades tahun lalu itu” timpal si Wawan sambil sesekali menyuruput kopinya yang sisa setengah doank.
“ah….otak kalian berdua tu isinya cuma judi doank…apa-apa dijadikan ajang taruhan, ntar ada cewek lewat kalian jadikan ajang taruhan juga.” Jawabku sambil meletakkan cangkir kopi yang aku pegang
“kalau nggak ada yang mo kasih komentar aku tanya aja ma kalian, gimana kalau seumpamanya partai Demokrat yang memenangi pemilu kali ini? Apa yang kalian inginkan dalam masa pemerintahannya kelak?” tanyaku pada mereka semua.
“Kalau memang Demokrat atau partai apapun yang menang, hanya satu keinginanku Lék yaitu harga pupuk turun tidak seperti tahun lalu yang membuatku rugi beberapa juta karena biaya yang aku keluarkan lebih besar daripada hasil yang aku dapat dari menjual hasil panenku.” Jawab si Toro yang memang mempunyai beberapa petak sawah yang di garap sendiri sebagai mata pencahariannya sehari-hari.
“Kalau kamu gimana Gus?” tanyaku kepada agus yang masih setia dengan rokok filter di jari kanan tangannya
“Aku Lék ? kalau aku pengen harga-harga pada turun terutama harga sembako, soalnya satu tahun kemarin sampai hari ini, aku masih tersiksa untuk menghidupi keluargaku. Aku harus banting tulang agar semua keluargaku bisa makan walau hanya cuma dengan lauk sekedarnya saja.” Tak salah memang apa yang diinginkan oleh temenku Agus ini. Karena pekerjaannya yang hanya seorang tukang becak yang mangkal setiap malam di sebuah perempatan kota yang dilewati bus lintas pantura, dimana hasil yang didapat dari mengayuh becaknya yang udah reot tak bisa diharapkan, kadang malah dalam satu malam dia tidak mendapat tarikan sama sekali karena sekarang makin banyak orang yang dijemput sanak keluarganya dengan menggunakan sepeda motor seiring dengan mudahnya membeli motor secara kredit.
“Kamu gimana Ed?” tanyaku pada Edi yang masih asyik dengan bidak caturnya
“Aku Lék? Kalau kamu sendiri gimana Lék?” pa yang kamu harapkan dari pemilu kali ini?
“Aku?”jawabku sambil menunjukkan telunjuk jariku kearah dadaku.
“Yah aku juga berharap seperti apa yang kalian harapkan, tapi aku lebih berharap setelah pemilu kali ini akan lebih banyak lapangan perkejaan yang dibuka, seperti yang kalian liat sendiri, di sini…di kota kita ini aja susahnya minta ampun untuk bisa mendapatkan perkerjaan yang layak, sedangkan pekerjaan yang layak, cari seribu perak aja susahnya minta ampun.“
“Kalian pasti sudah tau kenapa aku ingin banyak lapangan kerja yang dibuka oleh pemerintah?”
“Belum….kami belum tau” jawab mereka hampir bersamaan.
“Bener kalian belum tau?”
“Sumpah kita belum tau, kan kamu tau ndiri gimana pendidikan kita, kita kan cuma sampai smp aja sekolahnya, palagi si Agus yang smp aja ga sampai kelar ga seperti kamu yang bisa kuliah di Semarang walau hanya satu tahun aja.
“Gini, sebenarnya simpel aja kenapa aku ingin banyaka lapangan kerja yang dibuka, karena dengan adanya lapangan pekerjaan akan menyerap banyak tenaga kerja yang tersedia jadi bisa mengurangi pengangguran dan juga kamu Gus, bisa meninggalkan perkerjaanmu yang lama yang tidak bisa memberikanmu penghasilan tetap.”
“Selain itu dengan adanya lapangan perkejaan, menjadikan banyak orang yang mempunyai daya beli sehingga kebutuhan akan sandang,pangan, dan papan mereka meningkat sehingga harga jual panenmu juga meningkat Tor, jadi kamu ga akan rugi lagi.”
“O….gitu ya Lék?” jawab Toro setengah bertanya
“Lah kalau harga-harga naik kan nggak ada yang beli Lék? Gimana si Toro bisa menjual hasil panennya, ga jadi untung dong dia.” Sahut si Edi yang sedari tadi masih menyimak penjelasanku
“Ya ga gitu Ed, kan mereka sudah punya pekerjaan dan penghasilan tetap jadi mereka bisa mencukupi kebutuhan pokok mereka, beda kalau mereka ga punya pekerjaan, walau semurah apapun kalau mereka tidak punya pekerjaan dan penghasilan tetap, tetap aja mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka.”
“Bener juga lék, apa yang kamu bilang, tapi aku kok ga sreg dengan pa yang kamu utarakan lék” jawabnya agak menyangsikan jawaban dariku. Pantas aja si Edi merasa ragu dengan apa yang aku utarakan karena memang belum ada contoh nyata yang pernah dia lihat, gimana dia mau tau perkembangan yang ada di negeri ini, karena hampir separoh waktunya setiap hari dia habiskan dijalanan tuk menarik angkot mengumpulkan rupiah demi rupiah agar target setoran bisa tercapai sedikit sisa untuk menghidupi keluarga kecilnya yang bahagia.

“Skak mat!” teriak Toro mengagetkanku
“Waduh….dah ga da jalan lagi ya?” Tanya Edi pada diri sendiri…
“Akhirnya aku bisa menyamakan kedudukan, gimana imbang kan kedudukan kita? 5 : 5 hehehe” tawa senang si Toro karena bisa menyamakan skor.

Tak terasa waktu hampir menunjukkan pukul 12 malam, keadaan sudah mulai sepi, satu persatu orang yang tadi menemani kami di poskamling, pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga keramaian di TPS 3 juga sudah terlihat sepi, hanya ada beberapa bapak saja yang masih bercakap sambil bermain kartu remi. Ada juga yang tertidur pulas di lantai rumahnya pak Radi dan ada juga yang tidur dengan berselimutkan kain sarung meringkuk di atas kursi plastik berwarna hijau yang disediakan untuk para pemilih besok.

Tanpa kusadari ternyata si Wawan sedari tadi sudar tertidur pulas didekatnya si Agus yang berada di sebelah kanannya si Toro. Aku segera membangunkannya untuk segera mengambil uang jimpitan sekalian melakukan ronda malam demi keamanan lingkungan. Sementara si Toro dan Edi sedang membereskan caturnya sebelum disimpan. Kutepuk pipi kanan dan kirinya si Wawan agar dia terbangun. Ternyata susah juga nih bangunan Wawan, hampir 5 menit sendiri bangunin dia, itu aja harus dengan meneteskan air teko ke mukanya si Wawan baru dia menggeliat untuk membuka matanya.

Setelah Wawan benar-benar bangun, aku sama Agus bergegas mengambil senter dan pentungan seraya turun dari poskamling untuk siap-siap melakukan patroli malam yang menjadi menu wajib kita jika jaga malam. Kukalungkan sarungku di leher sambil menyalakan senter dan mulai berjalan keliling kampung sambil mengambil jimpitan yang sudah disediakan para warga ditempat khusus, serta memastikan keadaan lingkungan kami aman dari pencuri-pencuri jahil.

Jumat, 03 April 2009

Sudah Optimalkah Pelayanan Kita

Sejak tahun 2005 lalu Departemen Keuangan telah melalukan Reformasi Birokrasi guna menciptakan Good Governance dibidang keuangan negara dengan mempermudah layanan kepada masyarakat guna menciptakan pelayanan prima. Karena hal itulah Direktorat Jenderal Perbendarahan yang merupakan satu dari beberapa instanti yang berada di bawah Departemen Keuangan mulai berbenah diri dengan menjadikan beberapa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang merupakan unjung tombak dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan karena kantor inilah yang secara langsung akan berhubungan dengan masyarakat guna melakasanakan tugas dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam penyaluran dana APBN. Sehingga sangat tepat jika diberi kesempatan untuk mengaplikasikan pelayanan prima seperti yang diharapkan.

Sepertinya namanya KPPN yang mempunyai tugas pokok pelayanan, harus sadar betul dengan tugas yang diembannya. Sehingga harus mengubah paradigma yang dulu pernah berkembang di masyarakat dimana pemerintah, dalam hal ini KPPN diposisikan lebih tinggi daripada rakyat atau bahkan mungkin berperilaku seolah – olah pemerintahan adalah sistem yang tertutup "tidak butuh siapa – siapa" maka kini menjadi pemerintah dan rakyat memiliki posisi yang setara. Perubahan paradigma ini juga harus di ikuti dengna perubahan cara komunikasi dimana yang dulunya kebanyakan komunikasi satau arah yaitu pemerintahan kepada masyarakat, maka sekarang harus komunikasi yang interaktif dan transaksional. Dimana dalam pemerintahan harus ada Public Relationnya (PR) agar dapat mencapai tujuan telah ditetapkan oleh organisasi yaitu pelayanan prima.

KPPN sebagai pilot project pelayanan prima maka sudah selayaknya harus meningkatkan kualitas layanannya dari yang sudah ada, agar layanan yang dilakukan bisa memuaskan semua pihak teruatama masyarakat yang menjadi penerima jasa layanan KPPN. Agar bisa meningkatkan kualitas layanan, KPPN harus tahu faktor-faktor yang mempengaruhi suatu pelayanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan prima antara lain :

1. Pemberi Layanan yaitu pejabat / pegawai instansi pemerintah atau swasta yang melaksanakan tugas dan fungsi dibidang pelayanan Penerima Layanan. Disini yang bertindak sabagai pemberi layanan adalah KPPN yang merupakan kepanjangan pemerintah. Agar dalam pemberian pelayanan prima kepada masyarakat KPPN harus menempatkan individu yang mau memberikan pelayanan setulus hati. Karena dengan pelayanan setulus hati pelayanan yang kita berikan pada masyarakat akan selalu prima. Dr. Patricia Patton dalam bukunya Service With Emotional Quotient menyebutkan bahwa pelayanan sepenuh hatilah yang bisa membedakan kualitas pelayanan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Menurut Dr. Patricia Patton diperlukan tiga paradigma pengikat yang bisa menjadikan pelayanan biasa yang kita lakukan menjadi istimewa.

Bagaimana kita memandang diri sendiri
Sebelum kita dapat menghargai orang lain, kita perlu memberikan perhatian dan penghargaan pada diri sendiri: pada kemampuan kita, pada pengetahuan kita, pada keterampilan kita, dan pada penampilan kita. Jika kita sudah bisa menghargai diri sendiri, sebagai pribadi yang istimewa, maka kita akan membangun motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi untuk menghasilkan yang terbaik bagi orang-orang di sekitar kita.

Bagaimana kita memandang orang lain
Kita perlu melakukan hubungan yang emosional secara positif dengan orang-orang yang berhubungan dengan kita dan dengan apa pun yang kita kerjakan. Kita tidak boleh meremehkan ataupun menganggap mereka rendah. Sebaliknya, kita perlu menghargai keberadaan mereka.

Bagaimana kita memandang pekerjaan
Selain menghargai diri sendiri, dan orang lain, kita juga perlu menghargai pekerjaan ataupun bisnis yang kita lakukan. Jadi, kita perlu memilih bisnis ataupun pekerjaan yang kita anggap penting dan khusus. Dengan cara pandang seperti ini kita dapat menambah nilai pekerjaan kita dengan melakukan pekerjaan tersebut dengan sepenuh hati dan penuh perhatian.

2. Prosedur Kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas. Dalam prosedur kerja ini harus di tetapkan suatu Standart Operating Procedur (SOP) agar setiap pegawai tahu tugas masing-masing dan alur kerja yang harus mereka kerjakan agar tidak terdapat keraguan dan kerancuan dalam pelaksanaan tugas.

3. Sarana dan Prasana, dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan yang tinggi harus didukung oleh sarana dan prasarana pelayanan yang lengkap. Sarana dan prasarana berfungsi untuk memudahkan pelayanan, memberikan kecepatan pelayanan yang lebih tinggi, menciptakan keakuratan dan kehandalan serta kejelasan informasi yang seharusnya dicatat yang hasil akhir bermuara pada efesiensi dan efektivitas pelayanan. Faktor sarana pelayanan ini secara garis besar dibedakan dalam :
a. Sarana kerja, yaitu peralatan yang digunakan untuk memberikan pelayanan
b. Fasilitas pelayanan, yaitu berbagai fasilitas yang dipergunakan dalam memberikan pelayanan antara lain fasilitas ruangan, telepon umum, alat panggil dan lain sebagainya.

Setelah semua faktor-faktor yang mempengaruhi suatu pelayanan prima terlah berjalan sesuai dengan prosedur yang ada maka kita harus mengukur kualitas layanan kita, apakah sudah prima atau belum? Untuk mengukur kualitas layanan, kiita harus tau betul unsure-unsur yang digunakan dalam pengukuran kualitas layanan. Suatu layanan bisa dikatakan bermutu jika :
1. Memenuhi standar waktu, tempat, biaya, kualitas dan prosedur yang ditetapkan untuk penyelesaian setiap tugas dalam pemberian pelayanan.
2. Memuaskan pelanggan artinya bahwa setiap keinginan orang yang menerima pelayanan merasa puas, berkualitas dan tepat waktu dan biaya terjangkau.

Nah setelah kita tahu factor-faktor yang mempengaruhi suatu layanan dan unsur-unsur penilainya, maka sekarang tugas kita menilai apakah layanan yang kita berikan sekarang ini merupakan layanan yang bermutu dan prima atau belum? Kalau memang belum mencapai tahap bermutu dan prima harus diadakan evaluasi agar ditemukan akar masalahnya lalu kemudian mencarikan solusi yang tepat agar layanan kita benar-benar bermutu dan prima, demi menciptakan God Governance di bidang keuangan sebagaimana tujuan diadakannya Reformasi Birokrasi.


sumber : dari berbagai sumber

Anda Pengunjung ke :

Website counter